Sobat Cuan tahu apa itu Ethereum? Ethereum adalah salah satu aset crypto yang patut dipertimbangkan, sebab merupakan salah satu coin crypto terbaik dan terbesar di dunia, setelah Bitcoin, dan juga merupakan salah satu blockchain tersibuk. Hal ini karena Ethereum adalah pelopor platform smart contract, yang menjadi landasan dibangunnya berbagai aplikasi terdesentralisasi (decentralized applications/dApps) dan juga Web3.

Di Indonesia, penggunaan teknologi blockchain dan smart contract telah mulai berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini menunjukkan potensi besar bagi industri crypto di Indonesia. Penggunaan smart contract menjadi salah satu solusi untuk memperkuat keamanan dan keandalan transaksi dalam ekosistem kripto di Indonesia.

Untuk tahu lebih lanjut tentang apa itu Ethereum, simak selengkapnya dalam ulasan berikut ini!

Pengertian Ethereum

Apa itu Ethereum? Ethereum adalah sebuah platform komputasi terdesentralisasi yang bertujuan untuk memfasilitasi pelaksanaan smart contract. Smart contract memungkinkan transfer uang digital tanpa bantuan institusi penengah, mirip dengan Bitcoin. Namun, perbedaan mendasar antara keduanya terletak pada teknologi blockchain yang digunakan.

Blockchain Ethereum menawarkan kemampuan yang lebih kompleks dan fleksibel dibandingkan dengan blockchain Bitcoin. Keunggulan ini disebabkan oleh fakta bahwa Ethereum memperbolehkan para pengembang untuk menciptakan beragam aplikasi di atas platformnya.

Dengan smart contract yang ada di Ethereum, para pengembang memiliki kesempatan untuk mengembangkan berbagai jenis aplikasi, termasuk platform pertukaran aset kripto dan sistem pinjam-meminjam aset kripto. Potensi ini memberikan ruang lingkup pengembangan ekosistem crypto yang lebih luas dan inovatif melalui platform Ethereum. Seiring berkembangnya platform ini, Ethereum semakin menarik minat dari berbagai kalangan, termasuk pengembang, perusahaan, dan investor, yang melihatnya sebagai platform masa depan yang menjanjikan dalam dunia terdesentralisasi.

Sejarah Ethereum

Jika Sobat Cuan penasaran tentang apa itu Ethereum, Maka hal ini tak dapat dilepaskan dari sosok Vitalik Buterin, seorang programmer berkebangsaan Rusia-Kanada, merupakan otak di balik penciptaan Ethereum. Pada tahun 2013, ia mengusulkan konsep platform ini melalui sebuah dokumen berjudul “Ethereum: The Ultimate Smart Contract and Decentralized Application Platform”.

Visi Buterin dalam dokumen tersebut adalah menciptakan blockchain yang Turing-complete, artinya sebuah platform komputasi terdesentralisasi yang mampu menjalankan berbagai aplikasi. Setelah melalui proses pengembangan, Ethereum secara resmi diluncurkan pada tahun 2015, menghadirkan ekosistem baru untuk pengembangan smart contract dan aplikasi terdesentralisasi.

Perbedaan Ethereum dan Bitcoin

Setelah mengetahui apa itu Ethereum, selanjutnya Sobat Cuan harus tahu apa perbedaan antara Ethereum dan Bitcoin. Blockchain Ethereum dan Bitcoin memiliki beberapa persamaan dan kemampuan yang serupa, tetapi pada dasarnya keduanya memiliki perbedaan signifikan dan keunggulan masing-masing.

Bitcoin, sebagai blockchain generasi pertama, didesain khusus untuk menjamin keamanan dalam transfer aset digital, terutama Bitcoin sebagai aset digital utamanya ketika Kamu melakukan jual beli crypto. Meskipun berhasil dalam tujuan ini, keamanan yang tinggi mengorbankan fleksibilitas bahasa pemrograman blockchain, sehingga para pengembang memiliki keterbatasan dalam menciptakan aplikasi kompleks di atas platform Bitcoin.

Sebaliknya, blockchain Ethereum menawarkan lebih dari sekadar transfer aset digital. Dengan adanya fitur smart contract, Ethereum memungkinkan tingkat pemrograman yang jauh lebih kompleks dan fleksibel. Hal ini memberikan para pengembang lebih banyak kebebasan untuk bereksperimen dengan kode mereka sendiri dan menciptakan aplikasi terdesentralisasi yang dikenal sebagai Decentralized Applications (DApps).

Semua transaksi dan interaksi dengan smart contract di atas blockchain Ethereum bersifat final dan permanen. Seperti di blockchain Bitcoin, setiap transaksi di blockchain Ethereum juga menggunakan tanda tangan digital yang terenkripsi dan diverifikasi oleh para penambang (miner) sebelum dicatat secara tetap di blockchain.

Pengertian Smart Contract

Smart contract merupakan program komputer yang dijalankan di atas blockchain Ethereum. Istilah ini juga mengerucut di dalam pengertian apa itu Ethereum. Ketika kondisi yang telah ditentukan dalam program terpenuhi, smart contract akan secara otomatis menjalankan perintah yang telah diprogram, seperti melakukan transfer token antara alamat Ethereum atau melakukan transaksi lainnya. Yang menarik adalah, baik pengguna maupun smart contract lainnya dapat menjalankan smart contract di blockchain Ethereum.

Smart contract pada dasarnya adalah kode yang dapat diprogram untuk berbagai tujuan. Namun, perbedaannya dengan program komputer lainnya adalah, ketika developer membuat smart contract di atas blockchain Ethereum, smart contract tersebut akan secara permanen berada di dalam blockchain. Ini berarti siapa pun dapat berinteraksi dengan smart contract tersebut dengan mengirimkan transaksi ke alamat yang terkait.

Salah satu penggunaan paling umum dari smart contract adalah untuk menciptakan token ERC-20, standar token yang paling banyak digunakan di blockchain Ethereum. Setiap token ERC-20 memiliki smart contract yang mencatat saldo token tersebut di masing-masing alamat Ethereum.

Ketika terjadi transaksi token ERC-20 antara alamat Ethereum, smart contract token tersebut akan secara otomatis menghitung ulang saldo baru untuk masing-masing alamat yang terlibat. Dengan adanya smart contract, proses ini berjalan otomatis, tanpa perlu campur tangan pihak ketiga, dan memberikan efisiensi yang tinggi dalam eksekusi transaksi.

Pengaplikasian Smart Contract

Seiring dengan eksplorasi teknologi smart contract pada Ethereum, berbagai inovasi dalam transaksi keuangan telah terbuka. Sehingga ketika Sobat Cuan mengetahui apa itu Ethereum dengan gamblang bersama segala sesuatu yang menyertainya, maka Sobat Cuan juga harus paham pengaplikasian smart contract terdapat di mana saja. 

Beberapa contoh penerapan smart contract yang sudah ada saat ini, di antaranya:

1. Stablecoin

Volatilitas harga aset crypto sering menjadi masalah, tetapi stablecoin yang dibangun dengan teknologi smart contract telah menjadi solusinya. Stablecoin menetapkan nilai yang stabil dengan mengikuti nilai aset non-digital seperti rupiah atau dolar AS.

Beberapa stablecoin yang populer menjamin nilai mereka 1:1 dengan mata uang asli dan dapat dikonversi ke aset tersebut. Tujuan utama dari stablecoin adalah menggabungkan keunggulan nilai stabil dari mata uang fiat dengan kecepatan dan keamanan transaksi dari aset crypto.

Baca juga: Investasi Crypto Jangka Panjang Terbaik di Tahun 2023

Contoh yang dapat diambil adalah RupiahToken (IDRT), sebuah stablecoin yang dibangun di atas blockchain Ethereum dan memiliki nilai yang setara dengan rupiah. IDRT mencapai digitalisasi rupiah dengan cara mencetak token sebesar jumlah Rupiah yang didepositkan oleh pengguna dan mengirimkannya ke dompet Ethereum pengguna.

Selain IDRT, USD Coin (USDC) adalah contoh lain dari stablecoin, yang nilainya selalu sama dengan dolar AS. Stablecoin telah memudahkan pengguna untuk melakukan transfer uang secara instan dan efisien di seluruh dunia.

Dengan kehadiran stablecoin, stabilitas semakin hadir dalam dunia kripto, dan ini membantu memadukan infrastruktur keuangan tradisional dengan infrastruktur blockchain di dunia crypto.

2. Pinjam dan Meminjam Aset

Tak cukup mengeksplor apa itu Ethereum tanpa memahami bahwa salah satu unsur di dalamnya adalah teknologi smart contract di blockchain Ethereum yang mendorong perkembangan aplikasi pinjam meminjam aset crypto. Contoh terkenal dari aplikasi ini adalah AAVE dan Compound, yang merupakan decentralized app (dApp) untuk pinjam meminjam di dalam ekosistem Ethereum.

AAVE dan Compound memungkinkan para pengguna untuk mendepositkan aset crypto mereka dan menerima bunga sebagai imbalan, serta meminjamkan aset crypto lain yang tersedia. Untuk menggunakan kedua aplikasi ini, pengguna hanya perlu memiliki dompet Ethereum dan sejumlah dana dalam bentuk ETH atau token ERC-20.

Dengan hadirnya AAVE dan Compound, akses ke pinjam meminjam aset menjadi lebih mudah dan terbuka untuk semua orang tanpa perlu melibatkan bank atau institusi keuangan lainnya. Hal ini memberikan kesempatan bagi siapa saja untuk mengoptimalkan nilai aset crypto mereka dengan cara yang aman dan transparan melalui teknologi blockchain Ethereum. 

3. Decentralized Exchange (DEXs)

Aplikasi Decentralized Exchange (DEXs) berfungsi sebagai platform yang memfasilitasi pertukaran token satu dengan yang lain menggunakan teknologi smart contract. Di dalam ekosistem blockchain Ethereum, terdapat beberapa contoh DEXs yang sangat populer, seperti Uniswap dan Sushiswap.

Melalui DEXs, pengguna dapat menukar Ether (ETH) dengan token ERC-20, atau melakukan sebaliknya, yaitu menukar token ERC-20 dengan Ether. Selain itu, pengguna juga dapat menukar berbagai jenis token ERC-20 satu sama lainnya di DEXs, selama token tersebut mengikuti standar ERC-20.

Keberadaan DEXs sangat menguntungkan bagi para pengguna, karena memungkinkan untuk melakukan pertukaran aset secara langsung dan terdesentralisasi tanpa melalui perantara seperti bursa kripto tradisional. Selain itu, DEXs juga memberikan fleksibilitas yang lebih tinggi dalam bertransaksi dengan berbagai token yang ada dalam jaringan Ethereum. 

Pengertian Ether (ETH)

Blockchain Ethereum adalah salah satu blockchain tertua dan paling aktif dalam industri. Meskipun Ether atau ETH juga merupakan salah satu crypto terbesar berdasarkan nilai pasar setelah Bitcoin.

Namun, penting untuk memahami perbedaan antara Ethereum dan Ether (ETH). Ethereum adalah platform blockchain itu sendiri, sementara Ether adalah koin native yang digunakan untuk memfasilitasi transaksi di dalam ekosistem Ethereum.

Setiap kali ada transaksi dijalankan di jaringan Ethereum, diperlukan biaya komputasi yang disebut “gas fee”. Biaya ini harus dibayarkan kepada para penambang (miner) yang melakukan komputasi untuk memproses transaksi tersebut. Pembayaran gas fee dilakukan menggunakan Ether.

Tingkat gas fee yang harus dibayarkan tergantung pada tingkat kompleksitas dari transaksi tersebut. Sebagai contoh, biaya untuk mengirimkan token ERC-20 akan lebih tinggi dibandingkan dengan mengirimkan Ether, karena pengiriman token ERC-20 memerlukan interaksi dan komputasi pada smart contract, sedangkan pengiriman Ether tidak memerlukan langkah tambahan tersebut.

Yang Membuat ETH Berharga

Selain sebagai aset digital atau untuk berbagai transaksi, ETH juga menjadi komponen penting dalam pembuatan aplikasi terdesentralisasi (decentralized applications) di atas blockchain Ethereum. Ethereum menjadi salah satu blockchain yang sangat populer untuk menciptakan aplikasi terdesentralisasi karena memungkinkan lebih banyak program yang bisa ditulis di atasnya dibandingkan dengan Bitcoin. 

Selain itu, ETH juga berfungsi sebagai “gas fee” yang harus dibayarkan untuk menjalankan berbagai aplikasi yang dibangun di atas Ethereum. Ketika pengguna ingin melakukan komputasi atau eksekusi smart contract, mereka harus membayar gas fee menggunakan ETH. Fungsi ini menjadikan Ethereum sebagai salah satu aset kripto terbesar kedua berdasarkan nilai pasar setelah Bitcoin.

Awalnya, harga satu koin Ethereum ketika pertama kali diperdagangkan adalah sekitar 2,83 dollar AS atau sekitar Rp41.035. Namun, seiring dengan waktu, harga ETH mengalami fluktuasi yang cukup signifikan. Pada Juni 2021, harga ETH mencapai 2.578 dollar AS per koinnya, setara dengan Rp36.822.218.

Pada November 2021, ETH mencapai harga tertinggi sepanjang masa (all-time high) yaitu 4.620 dolar AS. Namun, per Desember 2022, harga Ethereum mengalami penurunan menjadi 1.225 dollar AS per koinnya, setara dengan Rp19.264.748. Fluktuasi harga ini merupakan karakteristik umum dalam pasar crypto yang cenderung sangat volatil.

Cara Membeli Ethereum

Setelah memahami lebih mendalam tentang apa itu Ethereum, jika Sobat Cuan tertarik memiliki ETH, Sobat Cuan dapat membelinya melalui aplikasi crypto exchange di Indonesia, seperti digitalexchange.id. digitalexchange.id telah mendapatkan status resmi sebagai Pedagang Fisik Aset Kripto yang terdaftar di bawah BAPPEBTI. Untuk mengetahui informasi lebih lengkap, kamu bisa mengunduh aplikasi Digital Exchange sekarang juga di bawah ini!


Butuh platform jual beli crypto Indonesia dengan spread harga rendah dan liquidity yang cepat?

digitalexchange.id akan menjawab kebutuhanmu

Tersedia di App Store & Play Store


Share This Article: