Ethereum memang populer, tapi gak sekuat Bitcoin. Dari adopsi institusi sampai tekanan pasar, ada 8 alasan kenapa Aset ini sulit meledak kayak Bitcoin. Siap-siap buka mata dan lihat faktanya di balik hype Ethereum.
Ethereum sering disebut-sebut sebagai saingan utama Bitcoin dalam dunia kripto. Tapi, setelah bertahun-tahun, kenapa aset ini belum bisa menyamai, apalagi melampaui dominasi Bitcoin? Apakah aset ini masih punya potensi ledakan harga, atau memang nasibnya bukan jadi raja? Dalam artikel ini, kita bahas 8 alasan utama kenapa Aset ini sulit meledak kayak Bitcoin—termasuk alasan teknis, psikologis, dan strategi pasar yang membuat BTC tetap jadi primadona.
8 Fakta Mengejutkan Tentang Ethereum
- Ethereum Bukan Lagi Pendatang Baru
Bitcoin berhasil melonjak karena hadir sebagai inovasi baru di tengah krisis. Saat itu, belum banyak yang mengenalnya, sehingga ruang pertumbuhannya sangat besar. Ethereum, di sisi lain, sudah dikenal luas dan dinilai sebagai aset yang mapan. Karena itu, aset ini tidak lagi memiliki ruang kejutan sebesar yang dimiliki Bitcoin di masa awal. - Narasi Ethereum Lebih Sulit Dipahami
Bitcoin memiliki narasi tunggal yang kuat seperti emas digital dan pelindung nilai dari inflasi. Sebaliknya, aset ini menawarkan konsep yang kompleks, dari smart contract, DeFi, NFT, hingga Layer-2 dan staking. Kompleksitas ini membuatnya lebih sulit dipahami oleh investor umum, sehingga daya tarik massalnya pun lebih terbatas. - Ethereum Bukan Lagi Proof of Work
Perpindahan Ethereum ke Proof of Stake memang membawa efisiensi dan ramah lingkungan. Namun perubahan ini juga memunculkan persepsi baru dimana Aset ini kini lebih terpusat karena sebagian besar staking dikuasai oleh entitas besar. Bagi sebagian investor, nilai utama kripto terletak pada desentralisasi, dan aset ini dianggap mulai menjauh dari prinsip itu.
Menariknya, beberapa institusi besar seperti BlackRock mulai menunjukkan minat serius terhadap aset ini, bahkan dilaporkan membeli dalam jumlah besar. Langkah ini menunjukkan bahwa Aset ini kini mulai diterima sebagai aset institusional. Namun, di sisi lain, dominasi institusi juga bisa memperkuat kesan bahwa aset ini tidak lagi “dimiliki oleh komunitas,” seperti halnya Bitcoin. - Supply ETH Gak Se-Deflatif yang Dibayangkan
Bitcoin hanya akan ada 21 juta unit, dan itu tetap. Ethereum memang punya mekanisme burn, tapi pasokannya tetap dinamis. Dalam kondisi tertentu, Aset ini masih bisa mengalami inflasi tergantung aktivitas jaringan. Narasi “kelangkaan” yang kuat menjadi daya dorong utama harga Bitcoin. Tanpa narasi yang setara, aset ini sulit meledak kayak Bitcoin, karena kekuatan fundamental pasokannya masih diperdebatkan. - Ketergantungan pada Layer 2
Ethereum mengandalkan jaringan Layer 2 seperti Arbitrum dan Optimism untuk meningkatkan skalabilitas. Secara teknis ini efektif, tetapi bagi pengguna baru, proses seperti bridging dan perbedaan antardompet bisa membingungkan. Di sisi lain, Bitcoin menawarkan sistem yang lebih sederhana dan langsung. - Persaingan Antar Jaringan Terus Tumbuh
Ethereum bukan lagi satu-satunya raja smart contract. Banyak jaringan baru seperti Solana, Aptos, dan Avalanche menawarkan kecepatan lebih tinggi dan biaya lebih rendah. Kompetisi ini memecah konsentrasi inovasi yang dulu hanya terpusat di Aset ini saja. Ketika pasar tidak lagi terfokus pada satu jaringan, aset ini sulit meledak kayak Bitcoin yang tetap berdiri tanpa pesaing langsung. - Model Ekonomi ETH Masih Dinamis
Berbeda dengan Bitcoin yang memiliki struktur pasokan tetap, Aset ini bersifat fleksibel. Meskipun bisa menjadi deflasi, hal itu tidak konsisten dan sangat tergantung pada kondisi jaringan. Selain itu, aset ini yang dikunci dalam staking dapat dicairkan kapan saja, menimbulkan potensi tekanan jual saat pasar melemah. Struktur ekonomi seperti ini dapat menimbulkan ketidakpastian bagi investor jangka panjang. - Perubahan Cara Pandang Investor
Dulu, investor cenderung mencari aset yang berpotensi naik berkali-kali lipat. Sekarang, mereka lebih berhati-hati dan rasional. Fokus investor bergeser ke arah stabilitas, regulasi, dan fundamental proyek. Aset ini cocok dalam kerangka ini, tapi bukan lagi kandidat “meledak” seperti dulu. Kini, Ethereum lebih mirip aset institusional—stabil, dihargai, tapi tidak ekstrem.
Ethereum Tetap Kuat, Tapi Jalurnya Berbeda
Ethereum adalah teknologi fundamental dalam dunia Web3. Tapi dari sisi momentum, persepsi pasar, dan mekanisme internal, Ethereum sulit meledak kayak Bitcoin. Bukan karena kualitasnya kurang, tapi karena perannya sudah berbeda. Aset ini akan terus berkembang. Namun untuk investor yang mencari lonjakan harga besar, ekspektasinya harus disesuaikan dengan realitas yang ada.
Baca juga: Bitcoin Naik Kelas? Ini 3 Fakta Dibaliknya!
Mulailah Transaksi Kripto yang Bijak dan Mudah Sekarang!
Untuk platform dalam bertransaksi kripto termasuk trading aset kripto, kamu dapat memilih digitalexchange.id.
digitalexchange.id adalah salah satu platform terkemuka dan terpercaya yang menyediakan layanan transaksi crypto yang aman, cepat, dan handal. Kami menawarkan berbagai fitur yang membantu kamu dalam melakukan analisis pasar, mengelola portofolio, dan menjalankan transaksi dengan mudah. Selain itu, digitalexchange.id juga memiliki reputasi yang baik di industri crypto dan menyediakan dukungan pelanggan yang responsif.
Dengan memanfaatkan platform digitalexchange.id, kamu dapat meningkatkan peluangmu untuk meraih keuntungan dalam trading crypto. Yuk daftar dan transaksi kripto sekarang juga!
Butuh platform jual beli crypto Indonesia dengan spread harga rendah dan liquidity yang cepat?
digitalexchange.id akan menjawab kebutuhanmu


Tersedia di App Store &Play Store
ETH masih mungkin terbang, cuma tdk setinggi ketika Masih PoW