KYC mulai diterapkan pada beberapa protokol DeFi untuk memenuhi tuntutan regulasi, terutama bagi institusi yang membutuhkan kepastian identitas. Namun DeFi dibangun berdasarkan desentralisasi dan kebebasan akses. Jika identitas harus diungkapkan, apakah sistem ini masih tetap berjalan?
DeFi berkembang dengan tujuan utama, yakni memberikan akses keuangan tanpa batas dan tanpa izin, melalui sistem yang sepenuhnya desentralisasi. Namun ketika nilai transaksi meningkat dan pelaku institusi mulai masuk, kebutuhan akan kejelasan identitas dan kepastian regulasi ikut muncul.
Di titik inilah konsep KYC dalam lingkungan desentralisasi mulai diperkenalkan. Pertanyaannya bukan sekadar apakah KYC dapat diterapkan, tetapi apakah penerapannya dapat dilakukan tanpa menghilangkan karakter permissionless yang menjadi fondasi DeFi.
Latar Belakang
Pertumbuhan DeFi yang sangat cepat membuat regulasi tidak mampu mengikuti ritmenya. Decentralized Exchange dirancang bersifat permissionless, sehingga siapa pun dapat bertransaksi tanpa proses identifikasi. Di satu sisi, konsep ini memperkuat akses terbuka dan desentralisasi. Namun di sisi lain, model tersebut membuka ruang bagi aktivitas yang sulit dilacak, seperti pencucian uang, pendanaan ilegal, hingga penghindaran pajak.
Ketika nilai aset yang ditransaksikan semakin besar dan pelaku institusi mulai masuk, regulator di banyak negara mulai menuntut kejelasan identitas dalam transaksi keuangan digital. Kondisi ini menjadi alasan mengapa diskusi mengenai penerapan KYC dalam sistem desentralisasi mulai muncul sebagai kompromi antara inovasi dan kepatuhan.
Apa Itu DEX dengan KYC?
Decentralized Exchange dengan KYC adalah model yang tetap mempertahankan arsitektur non-custodial dan mekanisme eksekusi melalui smart contract serta liquidity pools on-chain, akan tetapi juga menambahkan proses verifikasi identitas sebagai syarat akses. Berbeda dengan CEX yang menyimpan dana dan identitas pengguna secara terpusat, DEX dengan KYC hanya melakukan verifikasi identitas sebagai gateway, sementara seluruh aset dan transaksi tetap berada di wallet pengguna. Dalam model ini, proses KYC diterapkan dalam tiga pendekatan, yaitu
-
- On-chain, melalui verifikasi menggunakan smart contract atau credential berbasis blockchain,
- Off-chain, dilakukan oleh pihak ketiga seperti penyedia verifikasi identitas,
- Hybrid, yaitu identitas diverifikasi off-chain tetapi hasilnya disimpan sebagai credential on-chain.
Pendekatan tersebut memungkinkan identitas diverifikasi tanpa mengubah sifat permissionless dalam pengelolaan aset. Dengan demikian, DEX tetap mempertahankan prinsip desentralisasi di sisi eksekusi transaksi, sementara KYC berfungsi sebagai gerbang akses bagi kebutuhan kepatuhan.
Mengapa DEX Butuh KYC Sekarang?
Penerapan KYC pada DEX mulai dibutuhkan karena dinamika ekosistem DeFi berubah. Jika sebelumnya pengguna didominasi oleh individu ritel yang bertransaksi secara permissionless, kini institusi keuangan mulai masuk dan membawa tuntutan kepatuhan yang lebih tinggi. Regulasi global juga bergerak ke arah yang sama—banyak yurisdiksi mulai mewajibkan identifikasi minimum untuk transaksi aset digital. Ada tiga faktor utama yang mendorong kebutuhan ini, antara lain;
-
- Regulasi Global Semakin Ketat
FATF, MiCA (Uni Eropa), dan MAS (Singapura) mewajibkan Travel Rule Compliance bahkan untuk VASP non-custodial, sehingga identitas minimum harus diketahui jika transaksi bernilai besar. - Institutional Adoption
Bank dan Institusi tidak dapat masuk ke DeFi tanpa identifikasi pengguna. KYC memungkinkan terbentuknya institutional liquidity pools yang membutuhkan transparansi. - Perlindungan Konsumen
Dengan KYC sistem dapat melacak aktivitas scam atau exploitasi, dengan cara memblokir wallet yang terlibat, dan menyediakan opsi recoverable identity jika wallet hilang.
- Regulasi Global Semakin Ketat
Dengan demikian, KYC pada DEX bukan sekadar mengikuti regulasi, tetapi menjadi bagian dari upaya membuka pintu bagi adopsi institusional tanpa mengubah sifat non-custodial dari DeFi itu sendiri.
Model Implementasi
Tujuan penerapan KYC pada DEX bukan untuk mengubah arsitektur desentralisasi, tetapi menambahkan lapisan identitas tanpa memindahkan kendali aset dari pengguna. Karena itu, mekanisme KYC tidak boleh bercampur dengan custody atau penahanan dana. Terdapat tiga model implementasi yang digunakan saat ini, yaitu;
-
- Off-chain KYC Gateway
Pada pendekatan ini, proses KYC dilakukan di luar blockchain melalui pihak ketiga seperti Polygon ID, Binance Mirror, atau zkPass. Setelah identitas diverifikasi, pengguna menerima credential hash atau bukti KYC yang bisa dikirim ke smart contract untuk validasi tanpa membuka data pribadi. Pendekatan ini cepat diintegrasikan dan mudah memenuhi kepentingan regulator karena data sensitif tidak pernah masuk ke blockchain. Namun, sistem tetap bergantung pada verifier off-chain dan credential pengguna bisa terfragmentasi antar platform, sehingga tidak sepenuhnya portable.
- Off-chain KYC Gateway
-
- On-chain Identity Layer
Di model ini, identitas pengguna direpresentasikan langsung di blockchain dalam bentuk token verifikasi seperti Worldcoin, Civic Pass, atau Lens ID. Verifikasi ini biasanya berbentuk NFT non-transferable (Soulbound Token), dan DEX hanya membuka akses untuk wallet yang memiliki token tersebut. Kelebihannya, identitas menjadi portable dan dapat digunakan di banyak protokol tanpa repot KYC ulang. Namun, model ini membawa risiko privasi karena hubungan antara identitas dan wallet dapat terlacak, terutama jika user memakai wallet yang sama di berbagai platform.
- On-chain Identity Layer
-
- Hybrid (Oracle-based Compliance)
Model hybrid menggunakan oracle identitas seperti Chainlink CCIP, Fireblocks Network, atau Avascan Verified Pools. Oracle tidak menyimpan data pribadi, namun memberikan flag status, misalnya “wallet terverifikasi”, “wilayah terbatas”, atau “wallet dalam blacklist”. Pendekatan ini mempertahankan sifat permissionless karena smart contract hanya memeriksa status, bukan memfilter pengguna pada level arsitektur. Kekurangannya, sistem menjadi bergantung pada oracle terpusat sebagai sumber kebenaran identitas.
- Hybrid (Oracle-based Compliance)
Dengan model ini, aset tetap berada di wallet pengguna, dan smart contract hanya memberikan akses berdasarkan status verifikasi. Identitas diverifikasi, tetapi kendali atas aset tetap desentralisasi.
Contoh Proyek Nyata (2024–2025)
Implementasi KYC pada DEX bukan lagi eksperimen, tetapi sudah mulai diterapkan oleh beberapa proyek besar yang berfokus pada identitas on-chain dan compliant DeFi. Mereka memperkenalkan mekanisme verifikasi identitas tanpa mengubah arsitektur non-custodial—aset tetap berada di wallet pengguna, bukan pada platform.
-
- Aave Arc menjadi salah satu pionir. Versi Aave ini hanya dapat diakses oleh pengguna yang telah terverifikasi KYC melalui whitelisting. Dengan pendekatan ini, institusi keuangan dapat berpartisipasi dalam liquidity pool tanpa khawatir melanggar aturan kepatuhan, sementara proses pinjam-meminjam tetap dilakukan melalui smart contract seperti Aave versi reguler.
- Civic Pass mengambil pendekatan berbeda: pengguna yang lolos KYC mendapatkan credential yang dapat dipakai di berbagai DEX atau protokol DeFi. Credential ini bertindak sebagai akses kontrol tanpa mengungkapkan data pribadi di blockchain. Model ini memungkinkan DEX melakukan filtering wallet berdasarkan status verifikasi, bukan identitas.
- Polygon ID berfokus pada identitas berbasis zero-knowledge proof. Identitas pengguna diverifikasi, tetapi yang dikirim ke blockchain hanyalah proof. Artinya, pengguna tidak perlu membagikan data sensitif apa pun, namun tetap dianggap valid oleh smart contract.
- Fireblocks DeFi Network dan Avascan Verified Pools menggunakan pendekatan hybrid dengan oracle. Oracle menandai wallet berdasarkan status—misalnya terverifikasi, terbatas wilayah, atau masuk daftar blacklist. DEX hanya membaca flag tersebut, sehingga tetap permissionless tanpa mengetahui identitas pengguna.
- zkPass / zkSync KYC membawa pendekatan yang lebih maju. Pengguna melakukan KYC tanpa memberikan data pribadi ke platform. Sistem hanya mengirim proof bahwa identitas valid melalui zero-knowledge computation. Dalam konteks DeFi, ini memungkinkan KYC tanpa menyerahkan data KYC. Selain menjaga privasi, proof tersebut dapat digunakan di banyak protokol tanpa melakukan verifikasi ulang.
Proyek-proyek ini menunjukkan bahwa KYC tidak harus mengorbankan desentralisasi. Identitas diverifikasi, tetapi kendali aset tetap berada di wallet pengguna. Dengan pendekatan ini, institusi bisa masuk, kepatuhan bisa dipenuhi, dan permissionless tetap terjaga.
Tantangan yang Belum Terselesaikan
Meski KYC pada DEX menawarkan keseimbangan antara kepatuhan dan desentralisasi, implementasinya masih menghadapi beberapa tantangan struktural yang belum sepenuhnya teratasi. Tantangan ini bukan masalah teknis belaka, tetapi berkaitan dengan fondasi prinsip open access yang menjadi identitas DeFi.
- Pertama, privasi versus regulasi. Semakin dalam regulasi diterapkan, semakin besar potensi pengumpulan informasi yang terasosiasi dengan wallet. Meskipun teknologi seperti zero-knowledge proof mampu menyembunyikan data pribadi, tidak semua regulator menerima model “verifikasi tanpa melihat data.” Ini menciptakan celah antara standar teknis dan persyaratan hukum.
- Kedua, standardisasi identitas belum ada. Saat ini, setiap protokol menggunakan model identitasnya sendiri—ada yang memakai credential, ada yang NFT, dan ada yang oracle. Hal ini membuat identitas terfragmentasi dan tidak interoperable. Jika pengguna harus KYC berkali-kali, nilai “permissionless” akan hilang di pengalaman pengguna, meskipun aset tetap non-custodial.
- Ketiga, potensi sentralisasi melalui verifikator identitas. Meskipun arsitekturnya non-custodial, lapisan identitas tetap berpotensi dikendalikan oleh pihak tertentu (issuer, oracle, verifier). Dalam skenario ekstrim, akses pengguna dapat dibatasi berdasarkan keputusan pihak ketiga—menjadi kebalikan dari prinsip DeFi yang permissionless.
- Terakhir, terdapat friksi adopsi oleh pengguna retail. Banyak pengguna crypto memilih DeFi justru karena anonimitas dan kebebasan akses. Ketika KYC masuk, sebagian besar dari mereka akan melihat bahwa nilai dari DeFi berubah, bukan hanya teknologinya.
Dengan tantangan-tantangan ini, industri perlu menemukan pendekatan yang tidak hanya compliant, tetapi juga menjaga ruang bagi desentralisasi untuk tetap hidup.
Kesimpulan
Arah perkembangan DeFi mulai membentuk dua jalur yang berjalan berdampingan: pure DeFi dan compliant DeFi. Pure DeFi tetap mempertahankan prinsip permissionless tanpa identifikasi, cocok untuk pengguna yang menempatkan kebebasan dan privasi sebagai prioritas utama. Di sisi lain, compliant DeFi dirancang untuk menarik institusi, menyediakan likuiditas besar, dan mengikuti standar regulasi melalui lapisan identitas seperti KYC atau kredensial on-chain.
KYC dalam sistem desentralisasi bukanlah upaya menghilangkan permissionless, melainkan perubahan strategi untuk memperluas akses. Dengan menambahkan lapisan identitas tanpa menyentuh kendali aset, DEX dapat memenuhi tuntutan regulasi dan menarik likuiditas institusional—tanpa kehilangan prinsip non-custodial yang menjadi fondasinya. Identitas diverifikasi, tetapi eksekusi transaksi tetap trustless.
Masa depan DeFi tidak lagi berbicara soal anonimitas versus regulasi, melainkan bagaimana keduanya dapat berdampingan. Pendekatan seperti off-chain gateway, on-chain identity layer, dan hybrid oracle menunjukkan bahwa compliant DeFi bukan kontradiksi, tetapi evolusi. Pada akhirnya, DeFi akan berkembang menjadi ekosistem yang lebih inklusif: terbuka bagi pengguna retail yang mengutamakan kebebasan akses, dan dapat diadopsi oleh institusi yang membutuhkan kepastian regulasi.
Mulailah Transaksi Kripto yang Bijak dan Mudah Sekarang!
Untuk platform dalam bertransaksi kripto termasuk trading aset kripto, kamu dapat memilih digitalexchange.id.
digitalexchange.id adalah salah satu platform terkemuka dan terpercaya yang menyediakan layanan transaksi crypto yang aman, cepat, dan handal. Kami menawarkan berbagai fitur yang membantu kamu dalam melakukan analisis pasar, mengelola portofolio, dan menjalankan transaksi dengan mudah. Selain itu, digitalexchange.id juga memiliki reputasi yang baik di industri crypto dan menyediakan dukungan pelanggan yang responsif.
Dengan memanfaatkan platform digitalexchange.id, kamu dapat meningkatkan peluangmu untuk meraih keuntungan dalam trading crypto. Yuk daftar dan transaksi kripto sekarang juga!
Butuh platform jual beli crypto Indonesia dengan spread harga rendah dan liquidity yang cepat?
digitalexchange.id akan menjawab kebutuhanmu


Tersedia di App Store &Play Store
